Oleh: Bunga Dessri Nur Ghaliyah
Foto: Venolisme |
Ketika perempuan biasanya identik sebagai pesinden, SMKN 10 Bandung justru melahirkan para siswinya sebagai penabuh gamelan Degung.
“Saya ingin menyuarakan bahwa perempuan pun bisa melakukan segala hal, termasuk menjadi penabuh Gamelan Degung”, tutur Dede Mpet (guru dan pelatih gamelan Gaya Pancadami).
Cantik itu relatif dan abstrak. Yang jelas, peserta nomor urut tiga ini, tampak memukau. Mereka tak hanya menjual keunikan, para remaja ini pun membuktikan kemahirannya dan kekompakannya dalam bermusik.
Mengenakan kebaya merah, enam orang pemudi ini melenggang penuh percaya diri ke atas panggung Pasanggiri Degung Piala Wiranatakusumah Tingkat Remaja yang diselenggarakan oleh Jurusan Karawitan ISBI Bandung (30/11/19).
Lagu Degung Klasik “Sangkuratu” menjadi lagu pertama yang mereka persembahkan. Sanggul Sunda dan kain batik yang dikenakan pun menambah ruh etnisitas yang semakin membumbung.
Aransemen lagu ‘Gaya’ kemudian disajikan meriah dengan nada-nada bersahutan, penuh aksen, modulasi, dinamika serta koreografi yang memikat perhatian para penonton, termasuk kepala subdirektorat seni pertunjukan Kemendikbud, Edi Irawan.
“Kesenian bukan hanya wacana, tapi proses. Program seperti ini penting sebagai media pendidikan karakter. Pasanggiri ini membuktikan bahwa para siswa sangat kreatif dan musik tradisional kita tidak kekurangan praktisi. Yang jadi persoalan adalah kurangnya ruang untuk berekspresi bagi seniman dan apresiasi bagi masyarakat”, tutur Edi.
Pasanggiri (perlombaan) merupakan salah satu jenis wadah pewarisan dan pendidikan seni. Tak hanya masalah skill, dalam hal ini pun terjalin transfer nilai yang akan menjadi bekal untuk para generasi muda dalam menghadapi masa depan.
Rektor ISBI Bandung, Dr. Een Herdiani pun menegaskan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, harus menyediakan wadah, kesempatan, dan fasilitas yang mempuni untuk kemajuan bangsa.
Melalui kegiatan ini, perjuangan R.A.A Wiranatakusumah sebagai pionir pengembangan seni Degung, akan terus terjalin. Bukan hanya meniru dan meneruskan, para peserta pasanggiri diharapkan menjadi agen pembaharu dalam kesenian tradisional Sunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar