Oleh: Dikdik ‘Venol’ Pebriansyah
Foto: Resa Gandara |
Aku terkejut melihat lembar nilaiKarena nilaiku banyak yang bolong-bolongAkhirnya ngulang lagiBersama adik-adikTapi gak lulus-lulusKapankah, aku diwisuda?
Bagian Reffrain dari Lagu Pasukan Perang bergemuruh di lapangan parkir ISBI Bandung. Lagu tersebut berjudul Mahasiswa Fosil.
Malam itu, Jum’at (13/12/2019), Grup Band asal Bandung yang memiliki personel delapan orang, tampil memecah kedinginan jalan Buah Batu. Arena depan panggung yang semula kosong, serentak penuh ketika Pasukan Perang beraksi. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan PKAS (Pentas Kreativitas apresiasi seni) ke-12 yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Karawitan (Himaka), Insitut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Pasukan Perang tampil membawakan sejumlah lagu, diantaranya Karmila, Nestafa, Kembang Ros Bereum, Perda Bondon dan Mahasiswa Fosil. Dari beberapa lagu yang dibawakan, Mahasiswa Fosil menjadi sajian yang sangat memukau banyak penonton. Atmosfer perjuangan, penyesalan dan kegelisahan seorang mahasiswa yang ingin lulus, tersirat dalam lagu tersebut. Para penonton terlihat menikmati lagu dengan khusyuk. Badan mereka bergoyang mengikuti irama musik penuh khidmat.
Lagu Mahasiswa Fosil baru saja dirilis oleh Pasukan Perang sebulan yang lalu melalui kanal youtubenya. Hingga hari sabtu (14/12/2019), Rilisan tersebut telah ditonton 14.621 kali, 478 orang menyukai, 4 orang tidak menyukai dan terdapat 109 komentar. Sebelumnya pun merka telah mengeluarkan lagu Nestafa yang mencapai 63.297 tayangan, 760 menyukai dan 29 tidak menyukai. Selain itu aransemen lagu Kembang Ros Bereum baru mencapai 60.000 tayangan, 548 menyukai dan 11 tidak menyukai. Kanal youtube Pasukan Perang telah memiliki 1052 pengikut.
Kesederhanaan musik dan lirik
Mengapa banyak penonton yang begitu menghayati lagu Mahasiswa Fosil? apakah karena kebetulan Pasukan Perang tampil di lingkungan kampus? mengingat liriknya begitu menjamah mahasiswa yang ingin lulus? Mungkin saja. Aksi panggung para personel Pasukan Perang merupakan gestur yang merekatkan interaksi penonton dan penampil. Seiring dengan Michael H.B Raditya dalam Dangdut Koplo: Memahami Perkembangan Hingga Pelarangan (2017), bahwa penonton Dangdut merupakan penonton aktif, disana terjalin interaksi antara penyanyi dan penonton, serta penonton dengan penonton. Hal ini menjadikan sebuah tontonan menjadi pagelaran, dimana terdapat interaksi dan digelar langsung di depan masyarakat. Maka menjadi sebuah kewajiban bahwa kelompok musik harus memiliki strategi untuk menjalin kedekatan dengan penontonnya.
Secara sederhana setidaknya ada dua hal yang bisa dijadikan pertimbangan ketika penonton menikmati sebuah pertunjukan musik yaitu garap musik penampil dan lirik lagu yang dibawakan. Musik yang disajikan oleh Pasukan Perang memiliki corak Dangdut namun bersifat kekinian khas mereka. Instrumen yang digunakan yaitu gitar, bas, kendang, timbalis, biola dan suling. Menurut Michael H.B Raditya dalam Dangdut Koplo: Memahami Perkembangan Hingga Pelarangan (2017), Dangdut dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu Dangdut etnik, Dangdut murni dan Dangdut biasa. Dangdut murni dan Dangdut biasa adalah jenis Dangdut yang musiknya bercorak ke-Melayu-Melayuan dan ke-India-Indian. Musik ini biasanya banyak diproduksi televisi. Sedangkan Dangdut etnik adalah Dangdut yang dinikmati oleh masyarakat setempat di pelbagai daerah. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Andrew Weintraub bahwa Dangdut etnik merupakan Dangdut yang dinyanyikan dalam bahasa daerah dan dipasarkan kepada komunitas etnik tertentu.
Foto: Resa Gandara |
Jika kita dengar Pasukan Perang, Lagu-lagunya memiliki keragaman corak musik. Mereka lepas dari persoalan Dangdut etnik, Dangdut murni dan Dangdut Biasa. Pasukan Perang adalah Dangdut Independen. Sikap kebebasan dalam bermusik merupakan harga mahal yang mereka junjung. Lagu Mahasiswa Fosil contohnya, mereka tidak terikat oleh aturan-aturan Dangdut konvensional. Musikalitas yang mereka racik kental dengan nuansa pop. Permainan musik yang tidak rumit membuat lagu ini akan mudah dicerna oleh pendengar. Maka jika sasaran lagu ini adalah mahasiswa yang sedang risau karena ingin lulus kuliah, tepat sekali. Musiknya yang santai mengajak untuk berkontemplasi dengan persoalan hidupnya. Musik yang dikemas dalam lagu Mahasiswa Fosil merupakan ruh dan lirik adalah nyawanya. Lirik lagu tersebut yaitu:
Ke kota besar ceritanya aku mau kuliahTetapi itu sulit tak semudah waktu aku di sdJadi mahasiswa rutinitas tiap malam begadangMentari mulai terangDiri ini jadi malas kuliah, aku tak peduliAku terkejut melihat lembar nilaiKarena nilaiku banyak yang bolong-bolongAkhirnya ngulang lagiBersama adik-adikTapi gak lulus-lulusKapankah aku diwisuda?
Maka dari itu, lirik yang sederhana mampu membuat maksud dan tujuan yang ingin disampaikan mudah masuk ke alam pikir pendengarnya yang kemudian dapat dijadikan bahan perenungan.
Kombinasi musik dan lirik yang tidak rumit menjadikan lagu Mahasiswa Fosil banyak dinikmati oleh siapa saja. Bukan hanya untuk mahasiswa yang gelisah karena tidak lulus-lulus. Pasukan perang berhasil mengolah kesederhanaan musik dan lirik namun dalam penyajian yang menarik.
Penulis: Dikdik ‘Venol’ Pebriansyah
Editor: Nurghaliyah BD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar